Berikutkarakteristik wanita bijak menurut Alkitab: 1. Takut akan Allah. Seperti disebutkan sebelumnya, dalam Amsal 1:7. Amsal 9:10 serta dalam Mazmur 111:10 dikatakan bahwa permulaan hikmat adalah takut akan Allah. Jadi untuk mulai menjadi wanita bijak dan memiliki karakter Kristus, maka takutlah akan Allah. 2. Katakata yang keluar dari mulut kita ibarat harimau: sangat berkuasa. Ucapan hakim di pengadilan bisa menentukan hidup matinya seorang terdakwa. Ucapan seorang pejabat bisa memengaruhi nasib rakyat. Ucapan pengusaha pada rekannya dapat membuat transaksi bisnis jadi atau batal. AyatSH: Yohanes 18:12-27. Judul: Berbicara dengan Bijaksana. Ada ungkapan yang berbunyi "mulutmu harimaumu". Ungkapan itu ingin menunjukkan bahwa kata-kata yang keluar dari mulut kita memiliki kekuatan, seperti harimau yang kuat. Kata-kata kita bisa menyerang orang lain atau berbalik menyerang diri kita sendiri; bahkan membuat orang sedih Jikakamu berada di situasi ini dan selalu sulit mengontrol bibir kamu, maka mulailah dari sekarang untuk berubah. Beritahu juga kepada teman-teman kamu, begini caranya: 1. Kita harus berhenti menyebut nama Tuhan dengan sembarangan. "Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut Vay Tiền Online Chuyển Khoản Ngay. Bacaan hari ini Amsal 10 “Makin banyak bicara, makin banyak kemungkinan berdosa; orang yang dapat mengendalikan lidahnya adalah bijaksana.” Amsal 1019, BIS Sangat menarik membaca kitab Amsal pasal yang ke-10 ini karena penulis, dalam hal ini diyakini sebagai Salomo, menggunakan baik kata “mulut” sebanyak 4 kali ay. 6, 11, 31, 32, “bicaranya” sebanyak 4 kali ay. 8, 10, 14, 19, “bibir” sebanyak 5 kali ay. 13, 18, 19, 21, 32, “lidah” sebanyak 2 kali ay. 20, 31 termasuk masing-masing satu untuk kata “teguran” ay. 17 dan “umpatan” ay. 18 yang bila ditotalkan digunakan sebanyak 18 kali dalam 32 ayat secara bergantian untuk menjelaskan bagaimana kata-kata dapat menjadi daya dorong positif, namun juga dapat merusak dan menghancurkan seseorang. Di dalam Alkitab, terdapat banyak contoh tentang bahaya kata-kata, seperti hasutan serta fitnahan istri Potifar sehingga Yusuf harus menderita dan mendekam dalam penjara, atau Uria harus kehilangan nyawa karena perintah Daud dalam persekong-kolannya dengan Yoab untuk mendapat Batsyeba dan sebagainya. Itulah sebabnya, Yakobus memperingatkan dengan keras bahaya lidah yang kecil namun dapat memegahkan perkara-perkara besar Yak. 35, bahkan dalam kaitan penyembahan kepada Tuhan; bila seseorang tidak mampu mengekang lidahnya maka ia sedang menipu dirinya sendiri. Dalam konteks pada hari ini, bukan hanya mulut yang dapat menjadi “Harimau-mu” namun juga dapat disebutkan “jari-mu harimau-mu”, karena hanya dengan sentuhan jari pada gadget ataupun gawai pintar, seseorang dapat memberitakan kabar baik ataupun yang sebaliknya, menyebarkan kebohongan yang dapat menimbulkan keresahan bahkan dapat memicu kerusuhan. Karena itu, bijaksanalah dalam berkata-kata baik secara verbal maupun non verbal, apakah ucapan dan kata-kata kita menyejukkan, membangun, dan membangkitkan semangat yang patah, ataukah justru merendahkan dan menimbulkan putus asa? Ibrani 13 - "Mulutmu, harimaumu." "Lain di bibir lain di hati." "Akibat mulut bibir, badan binasa."_ Beberapa peribahasa ini sesungguhnya menggambarkan betapa berbahayanya peran bibir mulut bagi kehidupan umat manusia, jika salah digunakan. Namun demikian, bibir dapat membahagiakan diri kita tapi sekaligus mcembahayakan baik diri sendiri maupun orang lain. Penulis kitab Ibrani menasihati semua orang percaya agar menggunakan bibir mulut kita dengan baik dan benar. Untuk hal yang positif, membahagiakan diri sendiri dengan memuliakan Tuhan. Bibir harus digunakan sebagai korban persembahan syukur kepada Tuhan. Ilustrasi renungan internet Inilah perspektif ataupun bentuk lain dalam hal pemberian korban syukur kepada Tuhan. Biasanya, korban syukur itu dalam bentuk binatang yang dikorbankan. Bahkan di zaman now, yakni dalam bentuk uang dan barang. Tapi kali ini berbeda. Bibirlah yang jadi korban syukur kita kepada Tuhan. Memang dari bibir kita, bisa keluar kata-kata berkat yang membahagiakan, tapi bisa juga dalam waktu yang lain mengucapkan kata-kata kutukan ataupun makian yang membahayakan dan mencelakakan orang lain. Praktik penggunaan bibir yang sering dipakai untuk hal-hal negatif inilah yang diluruskan oleh penulis Ibrani. Bahwa bibir yang terkadang bahkan mungkin sering dan selalu kita gunakan untuk menghina, memfitna, menyebarkan hoaks, mencela orang, memaki, "karlota," dan penggunaan yang salah lainnya, harus dibalik. Harus difungsikan untuk memuliakan Tuhan. Sebab semua orang Kristen yang sudah percaya Yesus sebagai Tuhan, haruslah berbuat baik. Semua orang Kristen harus memberi korban dalam bentuk apapun. Entah memberi persembahan, bantuan kepada orang yang membutuhkan dan membantu orang dalam kelemahan dan kesusahan, itu harus dilakukan oleh kita yang mengaku percaya kepada Kristus. Termasuk dengan bibir mulut kita. Kita harus menjadikan bibir kita sebagai korban persembahan syukur kepada Kristus dengan cara menggunakannya untuk memuliakan Tuhan. Entah dengan berbicara atau membicarakan tentang hal-hal yang baik dan benar yakni menyaksikan kasih Kristus dengan menyebarkan Injil-Nya, maupun dalam persembahan puji-pujian kepada-Nya. Sebab itulah yang Dia kehendaki dari kehidupan kita. Demikian firman Tuhan hari ini. "Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya. Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah." ay 15, 16 Inilah tugas dan panggilan pelayanan serta tanggungjawab orang Kristen. Bibir yang memuliakan nama Tuhan hendaklah menjadi identitas kita, sehingga hal itu menjadi _life style_ orang Kristen. Yakni menggunakan bibir kita sebagai korban syukur kepada dari diri kita bibir yang menjadi sumber petaka. Kita akan menuai kebinasaan dari bibir yang gemar mengucapkan dusta dan dosa. Selain mendukakan Tuhan, juga akan menimbulkan masalah bagi diri kita dan juga bagi orang lain. Itulah sebabnya, kita diingatkan dan diajarkan agar menggunakan bibir kita untuk memberikan buah-buah yang baik. Jadi kita harus menggunakannya untuk menjadi berkat bagi diri kita dan sesama, dan terutama kita gunakan untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan. Memang di zaman kekinian, peran bibir sudah hampir dikalahkan dan berpindah ke jari-jari kita akibat pesatnya perkembangan teknologi informasi, terutama semakin canggih dan enaknya manusia menggunalan androit bahkan handphone dengan berbagai platform media sosial yang ada. Terkadang kita keasyikan menulis di Medsos tanpa memerhatikan bahwa apa yang kita sebarkan lewat jari kita itu sudah menyakiti sesama dan mendukakan Tuhan. Maka pakailah jari kita dan Medsos kita sebagai alat kesaksian untuk kemuliaan Tuhan. Sebagaimana peran bibir yang diungkapkan dalam firman Tuhan, demikian kiranya jari dan Medsos kita, kita pakai sebagai korban syukur kepada Tuhan dengan menggunakannya untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan. Bukan sebaliknya. Hendaklah semua kita sebagai umat Kristen, yang adalah hamba Allah dan Keluarga Kristen memersembahkan bibir, jari, dan semua keberadaan hidup kita untuk menjadi berkat bagi sesama, sehingga hidup kita senantiasa memuliakan nama Tuhan. Kitapun menikmati berkat kasih karunia Allah secara heran, dahsyat dan luar biasa seumur hidup kita dan bahagia sejahtera bersama Kristus dalam kekekalan. Amin DOA Tuhan Yesus, pakailah bibir dan hidup kami hanya untuk memuliakan nama Tuhan dan jadi berkat bagi sesama. Amin Mulutmu harimaumu adalah ungkapan yang sering kita dengar/lihat dalam kehidupan sehari-hari. Tidak jarang kata-kata ini dianggap berkonotasi negatif, seolah-olah hanya dikaitkan dengan sesuatu yang berbahaya. Keselamatan manusia terletak kepada bagaimana mereka memelihara mulut mereka. Demikian kurang lebih makna ungkapan tersebut. Makna ini tidak salah, walau sebenarnya bisa lebih luas. Bisa saja ungkapan itu bermakna bahwa kata-kata yang kamu ucapkan atau pesan yang kamu tulis dapat menjadi sesuatu yang luar biasa karena dapat memiliki kekuatan yang dahsyat. Banyak kata-kata yang diungkapkan memiliki kekuatan yang luar biasa, sekuat “harimau”. Lebih jauh, bisa juga ungkapan itu bermakna bahwa sehat dan tidaknya tubuh manusia sangat ditentukan oleh apa yang dimakan serta diminum. Lagi-lagi ada urusan dengan mulut. Ungkapan mulutmu harimaumu sering sekali dikaitkan dengan peringatan supaya manusia menjaga perkataan yang diucapkan. Ketika tidak berhati-hati mengucapkan atau menyampaikan sesuatu, maka akibatnya akan kembali kepada dirinya. Seringkali akibat sebuah perkataan termasuk tulisan, sesuatu menjadi runyam. Misalnya, karena tersinggung akibat satu perkataan, seseorang bisa saja marah besar. Bahkan yang lebih serius lagi, boleh jadi seseorang dilaporkan ke pihak yang berwajib karena kemarahan serta ketersinggungan akibat ujaran yang disampaikan. Karena itulah menjaga dan merawat perkataan, termasuk di dalamnya tulisan, merupakan kewajiban bagi semua agar tidak ada kesalahpahaman serta ketersinggungan di antara sesama. Apalagi bagi seorang yang sedang mendapat amanah memimpin, tugas merawat dan menjaga ungkapan tertentu harus lebih diperhatikan. Ungkapan/pernyataan atau apa pun namanya yang diucapkan oleh seorang yang sedang mendapat amanah, akan lebih luas serta lebih kuat dampaknya dibanding yang disampaikan oleh orang yang tidak sedang mendapat amanah. Makna lebih luas ungkapan mulutmu harimaumu bisa juga berkonotasi positif ketika kata-kata yang diucapkan penuh arti serta tidak mengandung kebohongan, dapat dipertanggungjawabkan dan betul-betul sesuai antara perkataan dan kenyataan. Dalam hal seperti ini, ungkapan yang disampaikan akan mempunyai kekuatan yang luar biasa bagaikan kekuatan seekor harimau. Sering dalam kehidupan, kita mengetahui ungkapan yang dapat memompa semangat serta berkekuatan luar biasa. Seperti halnya yang berkonotasi negatif, ketika ungkapan yang bekonotasi positif ini diucapkan oleh seorang tokoh, maka kekuatannya akan dahsyat. Bayangkan kalau seorang pimpinan selalu mengeluarkan kata-kata indah dan jujur, dapat dipertanggungjawabkan, serta sesuai antara penyataan dan kenyataan, maka kekuatannya akan luar biasa. Ungkapan yang seperti itu akan membuat orang yang mendengar patuh kalau diperintah, percaya bila diberi janji, dan hormat pada orangnya karena mereka tahu bahwa kata-katanya penuh arti dan benar adanya. Kita semua tentu ingat bagaimana isi pidato Bung Tomo saat membakar semangat rakyat Surabaya ketika diancam oleh sekutu pada tahun 1945. Kata-kata beliau membuat siapa pun saat itu berani melawan penjajah yang mempunyai kekuatan lebih dibanding rakyat Surabaya. Berikut kutipan yang diucapkannya. …”kita tunjukkan kepada mereka bahwa kita adalah benar-benar orang yang ingin merdeka. Semboyan kita tetap merdeka atau mati”… Mendengar seruan tersebut, rakyat Surabaya terpompa motivasinya serta mereka yakin bahwa pilihan mereka hanya satu “merdeka atau mati”. Inilah kekuatan sebuah ungkapan. Bahkan kekuatan perkataan juga menyentuh ranah agama, seperti ucapan pada acara pernikahan “saya terima nikahnya XY binti XX dengan maskawin berupa AA dibayar tunai”. Ada kekuatan hukum agama dan pemerintahan dalam kalimat ini. Ungkapan tersebut telah mengubah status laki-laki dan wanita yang belum menikah menjadi suami istri. Begitu kuat dampak ucapan tersebut sehingga mengubah sesuatu yang haram bisa menjadi halal. Kalau yang dipaparkan terdahulu adalah perkataan yang terkait dengan orang lain, ungkapan mulutmu harimaumu juga dapat dikonotasikan kepada hal yang amat pribadi. Ungkapan tersebut bisa bermakna bahwa sehat tidaknya seseorang sangat tergantung kepada bagaimana dia memelihara mulutnya dari makanan dan minuman. Jagalah agar apa yang dimakan/diminum sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan. Ketika mereka bisa mengonsumsi makanan/minuman yang baik dan bergizi dalam istilah agamanya halal dan tayyib, maka insyaallah badan akan sehat. Namun sebaliknya, apabila manusia tidak menjaga mulut dan membiarkan semua makanan/minuman masuk seenaknya, maka tinggal menunggu saat-saat ada masalah dalam tubuh. Dalam keadaan seperti ini, bisa saja kolesterol, asam urat, gula dalam darah, serta tekanan darah semuanya tinggi, melewati ambang batas normal. Kalau semua itu terjadi, suatu tanda keadaan tubuh kita kurang begitu fit, bahkan bisa tergolong sakit. Mulutnya akan menjadi pembunuh harimau bagi dirimu. Adalah benar bahwa keselamatan manusia sangat ditentukan oleh bagaimana mereka menjaga mulut dari perkataan dan makanan/minuman. Ketika mampu menjaga dan merawat perkataan yang baik dan benar, maka ungkapan yang diucapkan akan berkekuatan seperti kekuatan harimau. Namun sebaliknya, ketika pernyataannya menyakitkan apalagi bohong karena janji-janji yang disampaikan diingkari, juga akan berkekuatan seperti harimau yang siap memangsanya. Demikian pula sehat tidaknya tubuh manusia sangat ditentukan oleh makanan/minuman yang dikonsumsi. Semakin bagus mengatur makanan/minuman yang dikonsumsi, maka kemungkinan besar tubuhnya akan semakin sehat, demikian juga sebaliknya. Semoga semua mampu tidak mengeluarkan perkataan yang menyakitkan dan tidak mengonsumsi makanan/minuman yang membahayakan tubuh. Demikian pula, semoga kita diberi petunjuk untuk selalu mengungkapkan perkataan yang baik, benar, dan bermanfaat, serta mengonsumsi makanan/minuman yang baik dan bergizi. Karena mau tidak mau, suka tidak suka, mulutmu harimaumu. *Anggota Keris CLS dan Guru Besar Applied Linguistik di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember. Mulutmu harimaumu adalah ungkapan yang sering kita dengar/lihat dalam kehidupan sehari-hari. Tidak jarang kata-kata ini dianggap berkonotasi negatif, seolah-olah hanya dikaitkan dengan sesuatu yang berbahaya. Keselamatan manusia terletak kepada bagaimana mereka memelihara mulut mereka. Demikian kurang lebih makna ungkapan tersebut. Makna ini tidak salah, walau sebenarnya bisa lebih luas. Bisa saja ungkapan itu bermakna bahwa kata-kata yang kamu ucapkan atau pesan yang kamu tulis dapat menjadi sesuatu yang luar biasa karena dapat memiliki kekuatan yang dahsyat. Banyak kata-kata yang diungkapkan memiliki kekuatan yang luar biasa, sekuat “harimau”. Lebih jauh, bisa juga ungkapan itu bermakna bahwa sehat dan tidaknya tubuh manusia sangat ditentukan oleh apa yang dimakan serta diminum. Lagi-lagi ada urusan dengan mulut. Ungkapan mulutmu harimaumu sering sekali dikaitkan dengan peringatan supaya manusia menjaga perkataan yang diucapkan. Ketika tidak berhati-hati mengucapkan atau menyampaikan sesuatu, maka akibatnya akan kembali kepada dirinya. Seringkali akibat sebuah perkataan termasuk tulisan, sesuatu menjadi runyam. Misalnya, karena tersinggung akibat satu perkataan, seseorang bisa saja marah besar. Bahkan yang lebih serius lagi, boleh jadi seseorang dilaporkan ke pihak yang berwajib karena kemarahan serta ketersinggungan akibat ujaran yang disampaikan. Karena itulah menjaga dan merawat perkataan, termasuk di dalamnya tulisan, merupakan kewajiban bagi semua agar tidak ada kesalahpahaman serta ketersinggungan di antara sesama. Apalagi bagi seorang yang sedang mendapat amanah memimpin, tugas merawat dan menjaga ungkapan tertentu harus lebih diperhatikan. Ungkapan/pernyataan atau apa pun namanya yang diucapkan oleh seorang yang sedang mendapat amanah, akan lebih luas serta lebih kuat dampaknya dibanding yang disampaikan oleh orang yang tidak sedang mendapat amanah. Makna lebih luas ungkapan mulutmu harimaumu bisa juga berkonotasi positif ketika kata-kata yang diucapkan penuh arti serta tidak mengandung kebohongan, dapat dipertanggungjawabkan dan betul-betul sesuai antara perkataan dan kenyataan. Dalam hal seperti ini, ungkapan yang disampaikan akan mempunyai kekuatan yang luar biasa bagaikan kekuatan seekor harimau. Sering dalam kehidupan, kita mengetahui ungkapan yang dapat memompa semangat serta berkekuatan luar biasa. Seperti halnya yang berkonotasi negatif, ketika ungkapan yang bekonotasi positif ini diucapkan oleh seorang tokoh, maka kekuatannya akan dahsyat. Bayangkan kalau seorang pimpinan selalu mengeluarkan kata-kata indah dan jujur, dapat dipertanggungjawabkan, serta sesuai antara penyataan dan kenyataan, maka kekuatannya akan luar biasa. Ungkapan yang seperti itu akan membuat orang yang mendengar patuh kalau diperintah, percaya bila diberi janji, dan hormat pada orangnya karena mereka tahu bahwa kata-katanya penuh arti dan benar adanya. Kita semua tentu ingat bagaimana isi pidato Bung Tomo saat membakar semangat rakyat Surabaya ketika diancam oleh sekutu pada tahun 1945. Kata-kata beliau membuat siapa pun saat itu berani melawan penjajah yang mempunyai kekuatan lebih dibanding rakyat Surabaya. Berikut kutipan yang diucapkannya. …”kita tunjukkan kepada mereka bahwa kita adalah benar-benar orang yang ingin merdeka. Semboyan kita tetap merdeka atau mati”… Mendengar seruan tersebut, rakyat Surabaya terpompa motivasinya serta mereka yakin bahwa pilihan mereka hanya satu “merdeka atau mati”. Inilah kekuatan sebuah ungkapan. Bahkan kekuatan perkataan juga menyentuh ranah agama, seperti ucapan pada acara pernikahan “saya terima nikahnya XY binti XX dengan maskawin berupa AA dibayar tunai”. Ada kekuatan hukum agama dan pemerintahan dalam kalimat ini. Ungkapan tersebut telah mengubah status laki-laki dan wanita yang belum menikah menjadi suami istri. Begitu kuat dampak ucapan tersebut sehingga mengubah sesuatu yang haram bisa menjadi halal. Kalau yang dipaparkan terdahulu adalah perkataan yang terkait dengan orang lain, ungkapan mulutmu harimaumu juga dapat dikonotasikan kepada hal yang amat pribadi. Ungkapan tersebut bisa bermakna bahwa sehat tidaknya seseorang sangat tergantung kepada bagaimana dia memelihara mulutnya dari makanan dan minuman. Jagalah agar apa yang dimakan/diminum sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan. Ketika mereka bisa mengonsumsi makanan/minuman yang baik dan bergizi dalam istilah agamanya halal dan tayyib, maka insyaallah badan akan sehat. Namun sebaliknya, apabila manusia tidak menjaga mulut dan membiarkan semua makanan/minuman masuk seenaknya, maka tinggal menunggu saat-saat ada masalah dalam tubuh. Dalam keadaan seperti ini, bisa saja kolesterol, asam urat, gula dalam darah, serta tekanan darah semuanya tinggi, melewati ambang batas normal. Kalau semua itu terjadi, suatu tanda keadaan tubuh kita kurang begitu fit, bahkan bisa tergolong sakit. Mulutnya akan menjadi pembunuh harimau bagi dirimu. Adalah benar bahwa keselamatan manusia sangat ditentukan oleh bagaimana mereka menjaga mulut dari perkataan dan makanan/minuman. Ketika mampu menjaga dan merawat perkataan yang baik dan benar, maka ungkapan yang diucapkan akan berkekuatan seperti kekuatan harimau. Namun sebaliknya, ketika pernyataannya menyakitkan apalagi bohong karena janji-janji yang disampaikan diingkari, juga akan berkekuatan seperti harimau yang siap memangsanya. Demikian pula sehat tidaknya tubuh manusia sangat ditentukan oleh makanan/minuman yang dikonsumsi. Semakin bagus mengatur makanan/minuman yang dikonsumsi, maka kemungkinan besar tubuhnya akan semakin sehat, demikian juga sebaliknya. Semoga semua mampu tidak mengeluarkan perkataan yang menyakitkan dan tidak mengonsumsi makanan/minuman yang membahayakan tubuh. Demikian pula, semoga kita diberi petunjuk untuk selalu mengungkapkan perkataan yang baik, benar, dan bermanfaat, serta mengonsumsi makanan/minuman yang baik dan bergizi. Karena mau tidak mau, suka tidak suka, mulutmu harimaumu. *Anggota Keris CLS dan Guru Besar Applied Linguistik di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember. Mulutmu harimaumu adalah ungkapan yang sering kita dengar/lihat dalam kehidupan sehari-hari. Tidak jarang kata-kata ini dianggap berkonotasi negatif, seolah-olah hanya dikaitkan dengan sesuatu yang berbahaya. Keselamatan manusia terletak kepada bagaimana mereka memelihara mulut mereka. Demikian kurang lebih makna ungkapan tersebut. Makna ini tidak salah, walau sebenarnya bisa lebih luas. Bisa saja ungkapan itu bermakna bahwa kata-kata yang kamu ucapkan atau pesan yang kamu tulis dapat menjadi sesuatu yang luar biasa karena dapat memiliki kekuatan yang dahsyat. Banyak kata-kata yang diungkapkan memiliki kekuatan yang luar biasa, sekuat “harimau”. Lebih jauh, bisa juga ungkapan itu bermakna bahwa sehat dan tidaknya tubuh manusia sangat ditentukan oleh apa yang dimakan serta diminum. Lagi-lagi ada urusan dengan mulut. Ungkapan mulutmu harimaumu sering sekali dikaitkan dengan peringatan supaya manusia menjaga perkataan yang diucapkan. Ketika tidak berhati-hati mengucapkan atau menyampaikan sesuatu, maka akibatnya akan kembali kepada dirinya. Seringkali akibat sebuah perkataan termasuk tulisan, sesuatu menjadi runyam. Misalnya, karena tersinggung akibat satu perkataan, seseorang bisa saja marah besar. Bahkan yang lebih serius lagi, boleh jadi seseorang dilaporkan ke pihak yang berwajib karena kemarahan serta ketersinggungan akibat ujaran yang disampaikan. Karena itulah menjaga dan merawat perkataan, termasuk di dalamnya tulisan, merupakan kewajiban bagi semua agar tidak ada kesalahpahaman serta ketersinggungan di antara sesama. Apalagi bagi seorang yang sedang mendapat amanah memimpin, tugas merawat dan menjaga ungkapan tertentu harus lebih diperhatikan. Ungkapan/pernyataan atau apa pun namanya yang diucapkan oleh seorang yang sedang mendapat amanah, akan lebih luas serta lebih kuat dampaknya dibanding yang disampaikan oleh orang yang tidak sedang mendapat amanah. Makna lebih luas ungkapan mulutmu harimaumu bisa juga berkonotasi positif ketika kata-kata yang diucapkan penuh arti serta tidak mengandung kebohongan, dapat dipertanggungjawabkan dan betul-betul sesuai antara perkataan dan kenyataan. Dalam hal seperti ini, ungkapan yang disampaikan akan mempunyai kekuatan yang luar biasa bagaikan kekuatan seekor harimau. Sering dalam kehidupan, kita mengetahui ungkapan yang dapat memompa semangat serta berkekuatan luar biasa. Seperti halnya yang berkonotasi negatif, ketika ungkapan yang bekonotasi positif ini diucapkan oleh seorang tokoh, maka kekuatannya akan dahsyat. Bayangkan kalau seorang pimpinan selalu mengeluarkan kata-kata indah dan jujur, dapat dipertanggungjawabkan, serta sesuai antara penyataan dan kenyataan, maka kekuatannya akan luar biasa. Ungkapan yang seperti itu akan membuat orang yang mendengar patuh kalau diperintah, percaya bila diberi janji, dan hormat pada orangnya karena mereka tahu bahwa kata-katanya penuh arti dan benar adanya. Kita semua tentu ingat bagaimana isi pidato Bung Tomo saat membakar semangat rakyat Surabaya ketika diancam oleh sekutu pada tahun 1945. Kata-kata beliau membuat siapa pun saat itu berani melawan penjajah yang mempunyai kekuatan lebih dibanding rakyat Surabaya. Berikut kutipan yang diucapkannya. …”kita tunjukkan kepada mereka bahwa kita adalah benar-benar orang yang ingin merdeka. Semboyan kita tetap merdeka atau mati”… Mendengar seruan tersebut, rakyat Surabaya terpompa motivasinya serta mereka yakin bahwa pilihan mereka hanya satu “merdeka atau mati”. Inilah kekuatan sebuah ungkapan. Bahkan kekuatan perkataan juga menyentuh ranah agama, seperti ucapan pada acara pernikahan “saya terima nikahnya XY binti XX dengan maskawin berupa AA dibayar tunai”. Ada kekuatan hukum agama dan pemerintahan dalam kalimat ini. Ungkapan tersebut telah mengubah status laki-laki dan wanita yang belum menikah menjadi suami istri. Begitu kuat dampak ucapan tersebut sehingga mengubah sesuatu yang haram bisa menjadi halal. Kalau yang dipaparkan terdahulu adalah perkataan yang terkait dengan orang lain, ungkapan mulutmu harimaumu juga dapat dikonotasikan kepada hal yang amat pribadi. Ungkapan tersebut bisa bermakna bahwa sehat tidaknya seseorang sangat tergantung kepada bagaimana dia memelihara mulutnya dari makanan dan minuman. Jagalah agar apa yang dimakan/diminum sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan. Ketika mereka bisa mengonsumsi makanan/minuman yang baik dan bergizi dalam istilah agamanya halal dan tayyib, maka insyaallah badan akan sehat. Namun sebaliknya, apabila manusia tidak menjaga mulut dan membiarkan semua makanan/minuman masuk seenaknya, maka tinggal menunggu saat-saat ada masalah dalam tubuh. Dalam keadaan seperti ini, bisa saja kolesterol, asam urat, gula dalam darah, serta tekanan darah semuanya tinggi, melewati ambang batas normal. Kalau semua itu terjadi, suatu tanda keadaan tubuh kita kurang begitu fit, bahkan bisa tergolong sakit. Mulutnya akan menjadi pembunuh harimau bagi dirimu. Adalah benar bahwa keselamatan manusia sangat ditentukan oleh bagaimana mereka menjaga mulut dari perkataan dan makanan/minuman. Ketika mampu menjaga dan merawat perkataan yang baik dan benar, maka ungkapan yang diucapkan akan berkekuatan seperti kekuatan harimau. Namun sebaliknya, ketika pernyataannya menyakitkan apalagi bohong karena janji-janji yang disampaikan diingkari, juga akan berkekuatan seperti harimau yang siap memangsanya. Demikian pula sehat tidaknya tubuh manusia sangat ditentukan oleh makanan/minuman yang dikonsumsi. Semakin bagus mengatur makanan/minuman yang dikonsumsi, maka kemungkinan besar tubuhnya akan semakin sehat, demikian juga sebaliknya. Semoga semua mampu tidak mengeluarkan perkataan yang menyakitkan dan tidak mengonsumsi makanan/minuman yang membahayakan tubuh. Demikian pula, semoga kita diberi petunjuk untuk selalu mengungkapkan perkataan yang baik, benar, dan bermanfaat, serta mengonsumsi makanan/minuman yang baik dan bergizi. Karena mau tidak mau, suka tidak suka, mulutmu harimaumu. *Anggota Keris CLS dan Guru Besar Applied Linguistik di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember. LABUAN BAJO TERKINI- Sobat Katolik, apa yang kita hadapi setiap hari adalah pengalaman berarti yang senantiasa memberikan kota pelajaran. Dalam keseharian kita, kita tentu menghadapi banyak masalah yang terus menguji dan mendewasakan kita. Sebelum beraktivitas hari ini, mari simak Bacaan Injil Suci dan Renungan Harian Katolik edisi Kamis 26 Januari 2023. Semoga bermanfaat dan Tuhan senantiasa memberkati kita. Baca Juga Tuhan Telah Siapkan Jodoh Untukmu, Asmara Zodiak Aquarius Kamis 26 Januari 2023 Bacaan Injil Lukas 101-9 Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapapun selama dalam perjalanan.

ayat alkitab tentang mulutmu harimaumu